Senin, 12 September 2011

KISAH KASIH BENALU

Betapapun indah negara orang akan lebih indah tanah kelahiran... semanis apapungula atau jajanan di pasaran tak lebih manis dari madu. oohh ibuku... dan madu itu adalah senyummu. aku mulai lelah jika harus selalu jauh dengan ibu...
aku rindu belaian ibu... barangkali orang melihatku sangat beruntung, dan bahkan mungkin ibu melihatku sebagai orang yang yang beruntung bisa menumpang gratis, tinggal bersama orang-orang yang baik hati. ya aku memang beruntung... tapi keberuntungan belum tentu membuat hatiku nyaman dan bahagia. apa yang terlihat ole mata, terkadang tak sama dengan apa yang dirasa oleh hati.. aku lebih nyaman hidup seadanya, makan hasil keringatku sendiri... tapi kini aku bisa apa? jerit batin Kasih yang harus hidup menumpang di rumah orang kaya untuk bisa tetap bekerja di sebuah lembaga pendidikan sebagai guru swasta. dulu, pada saat wisuda, hati bermekaran seperti bunga-bunga di musim semi. mengingat sebentar lagi dia akan pulang, berkumpul dengan ibunya. tapi kenyataannya Allah berkata lain. di sekitar rumahnya sulit sekali mencari pekerjaan. sebenarnya ada pekerjaan. di desa kasih berdiri sebuah perusahaan milik orang cina. perusahaan itu merekrut orang-orang sekitar lulusan SMA. tentu saja posisi yang diberikan tidak bagus. Kasih berniat untuk memasukkan lamaran ke situ menggunakan ijasah SMA nya daripada tidak bekerja. namun sang ibu menolak keras. ibunya malu, anaknya yang susah payah di sekolahkan sampai mendapat gelar S1 bekerja rendahan seperti itu. Kasih mundur dengan niatnya. walaupun sebenarnaya hati Kasih berkata lain. bagi Kasih, apalah artinya S1 kalau tidak bekerja? justru Kasih lebih malu kalau harus menganggur. apa bedanya dengan orang yang tidak sekolah? tapi sebenarnya memang Kasih tidak suka bekerja disitu. karena bagi kasih, kedatangan orang-orang cina itu hanya akan mencemari udara yang segar di desa kasih. karena tentu saja cerobong asap itu akan mengeluarkan polusi yang akan mengganggu kesehatan masyarakat. setinggi apapun cerobong asap itu di buat tetap akan berpengaruh. tapi Kasih bisa apa? Bupatinya saja sudah mengizinkan. kini Kasih hanya bisa terima kenyataan bahwa semua ini telah terjadi, dan berfikiruntuk menentukan langkah. arah mana yang hendak di tuju.
"Kasih, ga usah bingung. lebih baik kamu kembali ke kota saja. kamu bisa bekerja sebagai guru les seperti pada waktu kuliah, atau pekerjaan apa sajalah yang bisa kau kerjakan. setidaknya kita tidak malu pada tetangga kanan kiri seandainya engkau nganggur. tunjukkan pada mereka kalu kau itu sarjana yang bisa dengan mudah mencari pekerjaan. apapun pekerjaanmu, kalau dikota, tetangga tidak tau. biar mereka itu tidak terus menghina kita yang miskin", saran ibunya pada suatu hari. "tapi Kasih mau bekerja apa, bu?", Kasih semakin bingung.
"ya apa sajalah... yang penting halal".
"apa bedanya, bu dengan bekerja di perusahaan orang cina itu? kan Kasih bisa dekat dengan ibu"
"ibu tetap tidak setuju"
"ibu ga ingin to hidup bersama Kasih?"
"ya ingin. tapi ini semua demi nama baik keluarga kita? ibu sudah capek di hina terus sama tetangga"
"tapi sebenarnya kita ga rugi kan bu kalau mereka menghina kita? malah mereka sendiri yang rugi. kann mereka berdosa"
"sudahlah! jangan membantah ibu terus",
tampaknya ibu Kasih sudah mulai kesal. Kasih pun hanya bisa menurut saja. dengan hati bimbang, kasih bersiap-siap mengemasi bajunya untuk pergi ke kota. ia selalu yakin bah ridho Allah ada pada ridho orang tua. apalagi ibunya adalah orang yang paling ia sayangi. Kasih tak ingin menmecewakan hati ibunya. Dengan uang yang tak seberapa, Kasih mencari tempat kos yang relatif murah. Ternyata dia menemukan orang tua kos yang baik hati. Dan mungkin ini memang sudah menjadi skenario Allah. Bapak kos yang baik hati itu adalah Pak Buhan, salah seorang dari pendiri sebuah Lembaga pendidikan swasta. Dari pak Burhan kasih mendapat info lowongan pekerjaan. Kasih pun memasukinya. bersamaan dengan itu, Ibu kos Kasih meminta Kasih untuk tinggal bersamanya. tidak di kos dan bebas biaya kos dengan syarat ya harus bantu-bantu. Kasih yang belum punya cukup uang nurut saja. tapi perasaan tidak nyaman kemudian hinggap dalam dirinya. kemanapun melangkah, Kasih merasa tidak tenang. takut ibu kos nya kurang suka kalau dia jarang di rumah, takut pekerjaannya ga bener, dsb. lama-kelamaan dia merasa sebagai benalu di rumah itu. belum lagi kalau di rumah ada masalah. dia harus sering pulang. lalu kalau dia sering pulang, pekerjaan di rumah ibu kosnya berantakan. perasaan bersalah pada ibu kosnya membuatnya terjerat dengan perasaan tidak nyamannya. "oh Ibu... Kasih ingin pulang.... Kasih tidak tahan... Kasih tidak mau menjadi benalu". batin Kasih terus berteriak...

Jumat, 09 September 2011

TERSENYUMLAH PADA DUNIA

Narator : di sebuah kota kecil, kota Pacitan, hiduplah seorang putri yang sangat cantik dan cerdas. Dia adalah seorang putri dari tokoh masyarakat yang sangat di segani. Namun, ia memiliki perangai yang sangat buruk. Egois, pemarah, pemalas, dan kasar. Pada suatu hari, sang ayah melihat putri tidak mau berangkat ke sekolah.

Ayah : putriku, kenapa tidak berangkat ke sekolah?

Putri : tidak mau!

Bunda : kenapa tidak mau, putriku? Sekolah itu penting.

Putri : sekali tidak… ya TIDAK! Putri benci bertemu teman-teman! Putri ingin sendiri!

Narator : sang Bunda menangis sedih. Melihat tingkah putrinya.

Pada suatu hari, Putri sedang membaca buku di bawah sebuah pohon besar. Satria, teman Putri, menyapanya.

Satria : hai, Putri. Kita main bersama yuk!

Putri : tidak mau!

Satria : kenapa?

Putri : bukan urusan kamu! Pergi sana!

Narator : Satria pun pergi meninggalkan Putri sendirian.

Pada suatu malam, Putri bermimpi sangat buruk. Ia menemukan dirinya berada di sebuah hutan belantara. Ia sama sekali tidak tau jalan keluar. Ia menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba ia melihat Satria tertawa terbahak-bahak di sekitarnya. Putri mamanggilnya, minta tolong untuk ditunjukkan jalan keluar. Namun Satria sama sekali tidak menghiraukannya.

Bunda : ada apa putriku?

Narrator : sang bunda sangat khawatir dengan putrinya.

Ketika Putri membuka matanya, ia menemukan dirinya masih berada di tempat tidur. Ia hanya menangis terisak dan memeluk sang bunda.

Putri : maafkan Putri, Bunda.

(Lirik lagu “wahai ayah dan ibu”)

Narator : pagi yang indah. Seorang Putri cantik dengan seragam biru putihnya dan jilbab putih menutup kepalanya, tengah tersenyum di depan Sekolah Menengah Islam Terpadu. Satria pun tercengang melihatnya. Benarkah itu Putri yang selama ini ia kenal?

Putri : Satria… maafin aku. (putri tertunduk)

Satria : iya, Putri. (tersenyum tulus)

Putri : benar kau memaafkanku? Sungguh.. aku tidak menyangka kau bisa memaafkanku. (tersenyum sangat bahagia)

Guru : setiap manusia pasti punya kesalahan, tapi hanya yang pemberani yang mau mengakui. Seperti kamu, Putri. Aku bangga padamu.

Putri : terimakasih, bu. Dan putri bersyukur punya teman seperti Satria yang berhati mulia yang bisa memaafkan kesalahan Putri.

Guru : iya, Ibu juga bangga pada Satria. Karena setiap manusia pasti punya sakit hati. Tapi hanya yang berjiwa satria yang mampu memaafkan. Sebagaimana yang dilakukan Satria. Jadi kita hidup di Dunia ini harus saling memaafkan, mengasihi dan tolong menolong. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri. Dan ingat, kita sebagai umat islam harus saling menyayangi, karena Allah, Tuhan kita itu maha Penyayang.

Putri & Satria : (mengangguk-angguk)

Guru : baiklah anak-anak. Sekarang sudah jam 7. Ayo kita masuk kelas dulu

Narrator : mereka pun masuk kelas. Sepulang dari sekolah, Putri baru menyadari betapa pentingnya sekolah.

Putri : Satria, aku baru sadar kalau ternyata sekolah itu penting.

Satria : iya, Putri. Sekolah memang sangat penting. Karena pintar dan cerdas saja tidak cukup. Di sekolah, guru kita selalu mengajari kita menjadi generasi penerus bangsa yang bermoral. Tidak cukup hanya memikirkan dunia saja. tapi juga akherat.

Putri : iya bnar, Satria. Dulu aku begitu sombong. Merasa paling pintar dan tidak butuh sekolah. Dan aku angkuh tak mau tersenyum pada siapa pun. Dan sekarang…..

(Putri berteriak) wahai dunia! Lihat! Aku tersenyum padamu!

Satria : iya, Putri! Tersenyumlah pada dunia.

Narator : hari ini adalah hari yang paling bermakna dalam hidup Putri. Putri bisa tersenyum pada dunia. Ternyata tersenyum jauh lebih indah. Tersenyumlah pada dunia.