Jumat, 09 September 2011

TERSENYUMLAH PADA DUNIA

Narator : di sebuah kota kecil, kota Pacitan, hiduplah seorang putri yang sangat cantik dan cerdas. Dia adalah seorang putri dari tokoh masyarakat yang sangat di segani. Namun, ia memiliki perangai yang sangat buruk. Egois, pemarah, pemalas, dan kasar. Pada suatu hari, sang ayah melihat putri tidak mau berangkat ke sekolah.

Ayah : putriku, kenapa tidak berangkat ke sekolah?

Putri : tidak mau!

Bunda : kenapa tidak mau, putriku? Sekolah itu penting.

Putri : sekali tidak… ya TIDAK! Putri benci bertemu teman-teman! Putri ingin sendiri!

Narator : sang Bunda menangis sedih. Melihat tingkah putrinya.

Pada suatu hari, Putri sedang membaca buku di bawah sebuah pohon besar. Satria, teman Putri, menyapanya.

Satria : hai, Putri. Kita main bersama yuk!

Putri : tidak mau!

Satria : kenapa?

Putri : bukan urusan kamu! Pergi sana!

Narator : Satria pun pergi meninggalkan Putri sendirian.

Pada suatu malam, Putri bermimpi sangat buruk. Ia menemukan dirinya berada di sebuah hutan belantara. Ia sama sekali tidak tau jalan keluar. Ia menangis sejadi-jadinya. Tiba-tiba ia melihat Satria tertawa terbahak-bahak di sekitarnya. Putri mamanggilnya, minta tolong untuk ditunjukkan jalan keluar. Namun Satria sama sekali tidak menghiraukannya.

Bunda : ada apa putriku?

Narrator : sang bunda sangat khawatir dengan putrinya.

Ketika Putri membuka matanya, ia menemukan dirinya masih berada di tempat tidur. Ia hanya menangis terisak dan memeluk sang bunda.

Putri : maafkan Putri, Bunda.

(Lirik lagu “wahai ayah dan ibu”)

Narator : pagi yang indah. Seorang Putri cantik dengan seragam biru putihnya dan jilbab putih menutup kepalanya, tengah tersenyum di depan Sekolah Menengah Islam Terpadu. Satria pun tercengang melihatnya. Benarkah itu Putri yang selama ini ia kenal?

Putri : Satria… maafin aku. (putri tertunduk)

Satria : iya, Putri. (tersenyum tulus)

Putri : benar kau memaafkanku? Sungguh.. aku tidak menyangka kau bisa memaafkanku. (tersenyum sangat bahagia)

Guru : setiap manusia pasti punya kesalahan, tapi hanya yang pemberani yang mau mengakui. Seperti kamu, Putri. Aku bangga padamu.

Putri : terimakasih, bu. Dan putri bersyukur punya teman seperti Satria yang berhati mulia yang bisa memaafkan kesalahan Putri.

Guru : iya, Ibu juga bangga pada Satria. Karena setiap manusia pasti punya sakit hati. Tapi hanya yang berjiwa satria yang mampu memaafkan. Sebagaimana yang dilakukan Satria. Jadi kita hidup di Dunia ini harus saling memaafkan, mengasihi dan tolong menolong. Karena manusia adalah makhluk sosial yang tak bisa hidup sendiri. Dan ingat, kita sebagai umat islam harus saling menyayangi, karena Allah, Tuhan kita itu maha Penyayang.

Putri & Satria : (mengangguk-angguk)

Guru : baiklah anak-anak. Sekarang sudah jam 7. Ayo kita masuk kelas dulu

Narrator : mereka pun masuk kelas. Sepulang dari sekolah, Putri baru menyadari betapa pentingnya sekolah.

Putri : Satria, aku baru sadar kalau ternyata sekolah itu penting.

Satria : iya, Putri. Sekolah memang sangat penting. Karena pintar dan cerdas saja tidak cukup. Di sekolah, guru kita selalu mengajari kita menjadi generasi penerus bangsa yang bermoral. Tidak cukup hanya memikirkan dunia saja. tapi juga akherat.

Putri : iya bnar, Satria. Dulu aku begitu sombong. Merasa paling pintar dan tidak butuh sekolah. Dan aku angkuh tak mau tersenyum pada siapa pun. Dan sekarang…..

(Putri berteriak) wahai dunia! Lihat! Aku tersenyum padamu!

Satria : iya, Putri! Tersenyumlah pada dunia.

Narator : hari ini adalah hari yang paling bermakna dalam hidup Putri. Putri bisa tersenyum pada dunia. Ternyata tersenyum jauh lebih indah. Tersenyumlah pada dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar