Jumat, 11 November 2011

CERPEN


JATUH CINTA



Semburat merah di senja sore menghias indah cakrawala. Menyaksikan Salsa dan Lutfan yang saling terdiam di teras rumah guru Bahasa Inggris mereka.



“Mas Lutfan! Kenapa sedari tadi kuperhatikan kok terdiam terus”, celetuk Salsa tiba-tiba.



“Ah gak apa-apa”, Lutfan tersenyum kemudian kembali menatap langit yang memerah.



Mereka pun terdiam kembali. Salsa semakin lekat memperhatikan Lutfan. Ada sesuatu yang aneh ia rasakan dalam hatinya. Tapi Salsa tak mengerti rasa apa itu. Manis, asam, pahit, asin atau apalah tak jelas... apakah ini rasa permen nano-nano? Ah bukan... nano-nano ga sampai ke hati dech.



“Sa, aku pamit ya...”.



“Pamit kemana, Mas?”



“Aku mau kuliah ke Malang. Nanti kalau kamu udah lulus SMA nyusul ke sana ya...”



Salsa merasakan sesak dalam dadanya. Entalah kenapa bisa begitu. Kini Salsa yang terdiam. Lutfan pun meraih tangan Salsa dan menggenggamnya erat. Salsa teringat lima hari yang lalu ketika jalan-jalan ke Jogja. Di jalan Raya dekat Malioboro, saat itu hujan deras. Lutfan menuntun tangan Salsa erat sekali. Seolah khawatir terjadi sesuatu pada Salsa. Yach... barangkali Lutfan menyayangi Salsa seperti adhiknya sendiri. Namun semakin erat genggaman lutfan, semakin bergemuruh dada Salsa. Apakah ini perasaan seorang adhik yang tak ingin di tinggalkan oleh kakaknya? Entahlah... mungkin seperti itu. Lutfan pun melepas tangan Salsa dan menghilang dengan Supra-X nya.. sedang Salsa hanya bisa memandang kepergian Lutfan dengan tatapan hampa. Tanpa ia sadari, bulir-bulir hangat air mata mengalir di pipinya.



Waktu begitu cepat berlalu. Dua tahun sudah ia merasakan kehilangan seorang Lutfan. Dan sedikit pun ia tak mampu menghindar dari bayangan Lutfan. Kini Salsa telah lulus dari bangku SMA. Ia sangat berharap bisa menyusul Lutfan ke Malang. Namun pada kenyataannya ia tak mendapatkan izin dari keluarganya untuk kuliah di malang. Dan kampus terdektlah yang jadi pilihan dari pada tidak kuliah. Salsa bukan gadis pendiam, dia adalah seorang gadis periang. Tetapi anehnya, dia tidak pandai bergaul. Dia habiskan waktunya dalam kesendirian. Dia habiskan waktu malamnya untuk bercerita bersama bintang-bintang di langit seolah bintang-bintang itu bernyawa dan mengerti perkataannya. Dan termenung di tepi pantai seusai sholat shubuh adalah aktivitasnya sehari-hari. Entah berapa puluh pucuk surat yang telah ia tulis selama ia berada di tepi pantai. Dan surat-surat itu ia tulis hanya untuk di lempar ke lautan. Sungguh gadis yang aneh.



Enam tahun telah berlalu. Kini Salsa telah memasuki dunia kerja. Umur Salsa 24 tahun. Teman-teman Salsa sudah banyak yang menikah. Tetapi Salsa seolah tak tertarik untuk segera menikah. Banyak orang bertanya. Apa yang kau tunggu? Bahkan ibu Salsa sendiri pun seperti itu… hanya senyuman yang Salsa berikan untuk menanggapi semua pertanyaan itu. Namun tak dapat dipungkiri kalau ada sesuatu yang memenuhi ruang dadanya, yang sesuatu itu ia simpan sejak 6 tahun yang lalu.



Hari-hari yang menjemukan... di tempat kerja Salsa iseng-iseng membuka facebook. Kali aja ada yang online. Bisa buat hiburan. Tapi ternyata sedikit sekali yang online. Beberapa kali dia update status. Tak ada komentar... semua terasa membosankan. Dan entah ada dorongan apa, tiba-tiba jari-jemarinya mengarahkan kursor ke pencarian. Kemudian ia mengetik nama LUTFAN... dan mucul beberapa nama Lutfan dengan berbagai jenis foto. Dan ada satu Foto yang sempat membuat matanya melotot. Dan mungkin kalau saja tidak terhalang oleh kacamata, bola mata itu sudah melompat dari tempatnya... terang saja dia kaget. Dia adalah Lutfan yang enam tahun yang lalu sempat membakar jiwanya, yang selama enam tahun dia merinduinya. Namun dia tak tau dimana rimbanya. Dia juga tidak tau bagaimana perasaan Lutfan padanya. Dan mungkin saja Lutfan sudah melupakannya. Dia add nama itu. Dan degh.... ini sangat suprised baginya. Lutfan confirm dia dalam waktu yang tidak lama. Salsa share sebuah kalimat singkat di dinding FB Lutfan. “BERMIMPI DI BAWAH MATAHARI”. Kalimat itu bukan hanya sekedar kata-kata biasa bagi Salsa. Akan tetapi memiliki makna yang sangat dalam. Salsa akan terus berharap dan terus berharap selama matahari masih bersinar. Salsa tak akan pernah jera menunggunya. Meski Lutfan tak pernah tau tentang perasaannya selama ini. Tetapi ia pun tak ingin mengungkapkan perasaannya pada Lutfan. Karena dia ingin Lutfan mencintainya secara alami. Bukan karena rasa kasihan atau apapun...



Akan tetapi Lutfan justru tertawa membacanya. Menurut Lutfan, maksud dari kalimat itu adalah tidur di siang bolong. Dan Salsa tidak peduli dengan apa yang dikatakan Lutfan. Mendapat komentar dari Lutfan saja, dia sudah sangat bahagia. Dia tersenyum luar biasa. Apapun komentarnya. Dan kini, tiada hari bagi Salsa tanpa membuka FB. Oh God... tolong Salsa....



Upss... kini jantung Salsa yang mau copot ketika baru saja melihat Lutfan update status dengan menuliskan dua kata. Ya... hanya dua kata. Dan bagi Salsa kata-kata itu benar-benar menusuk-nusuk jantung Salsa... namun Salsa berusaha untuk bersikap biasa saja dengan kata-kata itu. Dimana dua kata itu adalah “JATUH CINTA”.



“What????? Jatuh cinta? Apakah Lutfan sedang jatuh cinta? Sama siapa?”, jantung Salsa sungguh berdebar-debar. Setelah dapat menguasai diri, Salsa memberi komentar dengan pura-pura bodoh.



gmn sich rasanya jatuh cinta?”



“lbh complicated dari pada dicintai”



“dah pernah ngrasain taw? Ha.. ha…”



“hem-eh”



Oh God… ternyata Lutfan sedang jatuh cinta. Tapi sama siapa? Salsa sedikit shock dengan kenyataan ini. Benar… jatuh cinta itu lebih complicated dari pada dicintai. Andai saja Lutfan tau. Bagaimana perasaan Salsa selama enam tahun ini? Dia telah jatuh cinta selama enam tahun. Dan saat ini pun dia masih merasa bahwa dia sedang jatuh cinta. Sedang orang yang Salsa cintai selama itu sama sekali tidak mengerti perasaan Salsa. Oh God… apa yang harus Salsa lakukan?



Duniaku…



Bolehkah aku bertanya tentang apa itu cinta



Seperti apa wujud cinta



Banyak yang bilang



Cinta adalah anugrah dari Tuhan



Dan akupun sering bilang



Bahwa cinta sejatiku hanya untuk Tuhanku



Tetapi duniaku……



Salahkah diri ini



Jika aku mengagumi makhlukNya



Keindahan ciptaanNya



Layaknya Zulaikha mencintai Yusuf



Tetapi mungkin ini berbeda cerita



Zulaikha memiliki segalanya



Sedang aku tidak



Akupun tak berani merayu



Seperti Zulaikha merayu Yusuf



Yusuf tau bahwa Zulaikha mencintainya



Sedang dia sama sekali tiada pernah tau



Bahwa enam tahun sudah aku merindunya



Tuhan telah berkehendak Yusuf menjadi pendamping Zulaikha



Sedang aku tiada tau kehendak Tuhan terhadap cintaku



Oh Allah….



Maafkan bila aku telah keliru atas perasan ini…



Aku serahkan semua ini padaMu



Karena Engkau sang pemilik cinta…



Tidak ada komentar:

Posting Komentar